Sunday, December 22, 2013

UCAPAN SELAMAT HARI NATAL MENURUT GUS DUR

Sejak dulu sebenarnya masalah seperti ini sudah menjadi polemik di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Ada sebagian yang menilai haram, ada juga yang tidak. Nah, untuk memperkaya referensi, ada baiknya anda tahu bagaimana pendapat Gus Dur soal masalah ini.

Gus Dur pernah menulis artikel di Koran Suara Pembaruan pada 20 Desember 2003 berjudul: Harlah, Natal dan Maulid. Menurut Gus Dur , kata Natal yang menurut arti bahasa sama dengan kata harlah (hari kelahiran), hanya dipakai untuk Nabi Isa al-Masih belaka. Jadi ia mempunyai arti khusus, lain dari yang digunakan secara umum -seperti dalam bidang kedokteran ada istilah perawatan pre-natal yang berarti "perawatan sebelum kelahiran".

Dengan demikian, maksud istilah 'Natal' adalah saat Isa Al-Masih dilahirkan ke dunia oleh 'perawan suci' Maryam. Karena itulah ia memiliki arti tersendiri, yaitu saat kelahiran anak manusia bernama Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia.

Sedangkan Maulid, Gus Dur menjelaskan, adalah saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pertama kali dirayakan kaum Muslimin atas perintah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi atau dalam dunia barat dikenal sebagai Saladin, dari Dinasti Mamalik yang berkebangsaan Kurdi. Tujuannya untuk mengobarkan semangat kaum Muslimin, agar menang dalam perang Salib (crusade).

Dia memerintahkan membuat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad, enam abad setelah Rasulullah wafat. Peristiwa Maulid itu hingga kini masih dirayakan dalam berbagai bentuk, walaupun Dinasti Sa'ud melarangnya di Saudi Arabia. Karya-karya tertulis berbahasa Arab banyak ditulis dalam puisi dan prosa untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad itu.

Dengan demikian, Gus Dur melanjutkan, dua kata (Natal dan Maulid) mempunyai makna khusus, dan tidak bisa disamakan. Dalam bahasa teori Hukum Islam (fiqh) kata Maulid dan Natal adalah "kata yang lebih sempit maksudnya, dari apa yang diucapkan" (yuqlaqu al'am wa yuradu bihi al-khash). Penyebabnya adalah asal-usul istilah tersebut dalam sejarah perkembangan manusia yang beragam. Artinya jelas, Natal dipakai orang-orang Kristiani, sedangkan maulid dipakai orang-orang Islam.

Menurut Gus Dur , Natal dalam kitab suci Alquran disebut sebagai "yauma wulida" (hari kelahiran, yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti terkutip: "kedamaian atas orang yang dilahirkan (hari ini)" (salamun yauma wulid) yang dapat dipakaikan pada beliau atau kepada Nabi Daud. Sebaliknya, firman Allah dalam surat al-Maryam: "Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku" (al-salamu 'alaiyya yauma wulidtu), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa.

Bahwa kemudian Nabi Isa 'dijadikan' Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah masalah lain lagi. Artinya, secara tidak langsung Natal memang diakui oleh kitab suci al-Qur'an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang harus dihormati oleh umat Islam juga. Bahwa, hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud berbeda, adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan.

"Jika penulis ( Gus Dur ) merayakan Natal adalah penghormatan untuk beliau (Isa) dalam pengertian yang penulis yakini, sebagai Nabi Allah SWT."

Dengan demikian, Gus Dur melanjutkan, "menjadi kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama. Penulis ( Gus Dur ) menghormatinya, kalau perlu dengan turut bersama kaum Kristiani merayakannya bersama-sama."

Dalam litelatur fiqih, Gus Dur mengimbuhkan, jika seorang muslim duduk bersama-sama dengan orang lain yang sedang melaksanakan peribadatan mereka, seorang Muslim diperkenankan turut serta duduk dengan mereka asalkan ia tidak turut dalam ritual kebaktian. Namun hal ini masih merupakan ganjalan bagi kaum muslimin pada umumnya, karena kekhawatiran mereka akan dianggap turut berkebaktian yang sama.

"Karena itulah, kaum Muslimin biasanya menunggu di sebuah ruangan, sedangkan ritual kebaktian dilaksanakan di ruang lain. Jika telah selesai, baru kaum Muslimin duduk bercampur dengan mereka untuk menghormati kelahiran Isa al-Masih."

Wednesday, August 8, 2012

MALAM LAILATUL QADR


Kini, sepuluh terakhir Ramadhan menjelma lagi. Hanya beberapa hari, Allah
Taala menyediakan untuk hamba-hamba-Nya segala kebaikan, ganjaran,
keampunan, kelebihan yang tidak mampu dihitung oleh kita.

a) Lailatul Qadar.

Di dalam Ramadhan yang mulia ini Allah SWT menghadiahkan kepada hamba-hamba-Nya satu malam yang sangat berkat iaitu Lailatul Qadar.
Malam ini dinamakan dengan Lailatul Qadar, diambil daripada kalimah al-Qadar yang bererti kemuliaan atau kedudukan yang tinggi, kerana malam ini adalah malam yang sangat mulia. Ataupun diambil daripada kalimah qadar atau taqdir, kerana pada malam ini Allah SWT memutuskan urusan-Nya dan
menetapkan taqdir segala perkara.

Firman Allah yang maksudnya: {Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.Pada malam itu para malaikat dan malaikat Jibril akan turun dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Pada malam itu penuh dengan kesejahteraan sehinggalah terbit fajar}.[Surah al-Qadar: 1-5].

Firman-Nya lagi yang maksudnya: {Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada suatu malam yang diberkati (Lailatul Qadar) dan sesungguhnya Kami lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah}. [Ad-Dukhan: 3-6].

Sabda Rasulullah,Maksudnya: “Sesiapa yang bangun(beribadat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan Ihtisab maka baginya keampunan untuk dosa-dosa yang lepas.” [HR: Al-Bukhari dan Muslim].

Beberapa kelebihan tentang Lailatul Qadar yang dapat diambil dari surah al-
Qadar antaranya ialah:

• Allah menurunkan al-Quran pada malam tersebut yang mana ia memberi petunjuk kepada manusia dan memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

• Ia lebih baik daripada 1000 bulan(83 tahun 3 bulan).

• Para Malaikat akan turun ke dunia pada malamnya dengan membawa kebaikan, keberkatan dan rahmat.

• Malam ini adalah malam kesejahteraan sehingga terbitnya fajar.laitu kesejahteraan daripada neraka dan azab Tuhan bagi hamba yang menghidupkannya dengan amal ibadah.

Rugilah orang yang mensia-siakan umurnya dengan perkara-perkara yang
tidak berfaedah. Tampunglah segera kelalaian yang lalu dengan mencari
Lailatul Qadar. Sesungguhnya ia menyamai umur manusia bahkan lebih
dari itu. Apakah tempoh 83 tahun 3 bulan,sesuatu yang singkat?

Bilakah Lailatul Qadar?
• Bulan Ramadhan. Tidak syak bahawa Lailatul Qadar berlaku pada bulan Ramadhan berdasarkan ayat-ayat al-Quran bahawa aI-Quran diturunkan pada Lailatul Qadar,dan diturunkan pada bulan Ramadhan. Maka semestinya ia berlaku pada bulan Ramadhan.

Dalam satu hadis, Abu Zar ra bertanya kepada Nabi SAW, maksudnya: “Wahai
Rasulullah, khabarkan padaku tentang Lailatul Qadar, adakah ia pada bulan
Ramadhan?” Jawab Baginda SAW:“Bahkan pada bulan Ramadhan”. [HR:Ahmad dan Nasa’i].

• Sepuluh terakhir Ramadhan. Lebih dikhususkan pada sepuluh terakhir Ramadhan berdasarkan banyak hadis, antaranya hadis muttafaq alaih; Maksudnya: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir daripada Ramadhan”. [HR: Al-Bukhari dan Muslim].

Aisyah radhiallahu'anha(ra)meriwayatkan bahawa Rasulullah bersungguh-sungguh pada sepuluh terakhir melebihi kesungguhannya pada masa-masa lain.

Aisyah ra juga meriwayatkan, maksudnya: “Adalah Nabi SAW pada dua
puluh malam terawal mencampurkan antara solat dan tidur. Apabila tiba
sepuluh terakhir, Baginda bersungguhsungguh,dan mengetatkan kainnya”.HR:
Ahmad].

Menghidupkan malam bukan hanya dengan solat, malahan dengan pelbagai
jenis ibadah seperti zikir, membaca al-Quran, beristighfar, berdoa dan lain-lain.

Oleh itu, apa yang dimaksudkan oleh Aisyah ra: “Aku tidak mengetahui Rasulullah pernah mendirikan malam sehingga pagi”, maksudnya Rasulullah
SAW tidak pernah solat sahaja sepanjang malam.”

Rasulullah SAW juga mengambil peluang sepuluh terakhir Ramadhan ini
dengan mengejutkan ahli keluarganya untuk beribadah. Baginda mahu supaya
mereka juga tidak ketinggalan di dalam mendapat kebaikan yang disediakan Allah SWT.

• Tujuh malam terakhir.Bagi mereka yang tidak mampu menghidupkan pada permulaan sepuluh terakhir, maka boleh memulakan pada tujuh malam terakhir.

Sabda Rasulullah SAW; Maksudnya: “Carilah pada sepuluh terakhir. Jika salah seorang di kalangan kamu lemah atau tidak berupaya, maka janganlah dia tertewas pada tujuh yang berbaki lagi.” [HR: Muslim].

• Malam-malam ganjil(21,23,25,27,29).

Malam-malam ini lebih diharapkan adanya Lailatul Qadar, kerana warid
bahawa Nabi SAW menyebut malam-malam tersebut.

• Malam 27 Ramadhan. Boleh jadi malam yang sangat diharapkan ialah pada malam 27, ini berpandukan kepada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim daripada Ubai bin Ka'ab ra beliau berkata, yang bermaksud: “Demi Allah sesungguhnya aku tahu pada malam bilakah ia, itulah malam yang mana Rasulullah SAW telah menyuruh kami untuk bangun beribadah,iaitu malam yang ke 27,” dan Ubai berkata lagi: “Melalui tanda-tanda dan alamat yang dikhabarkan oleh Rasulullah SAW kepada kami bahawasanya matahari yang
akan terbit pada pagi harinya tiada sinarnya”.

Namun ramai ulama’ berpendapat malam Lailatul Qadar berpindah di antara
malam-malam witir, tetapi yang ghalib kebanyakannya pada malam 27, dan
bukanlah suatu yang tepat sekiranya kita menganggap pada malam tersebutlah
sahaja akan berlaku Lailatul Qadar.Wallahu a’lam.

Bacaan Malam Lailatul Qadar.

Aisyah ra berkata: ”Wahai Rasulullah,sekiranya aku dipertemukan dengan
malam Lailatul Qadar apakah yang harus aku ucapkan?” Rasulullah SAW bersabda; Maksudnya: “(Ucapkanlah) Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Pemurah dan suka mengampunkan maka ampunkanlah aku.”
[HR: Ahmad, at-Tirmizi, sahih]