Monday, January 31, 2011

SYAIR IMAM SYAFI'I

TIPUAN PALSU
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Aku melihat tipu muslihat dunia, tatkala ia bertengger di atas kepala-kepala manusia, dan membincangkan manusia-manusia yang terkena tipunya. Bagi mereka, Orang sepertiku tampak amat takberharga. Aku disamakan olehnya, dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan.

MENCINTAI AKHIRAT
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Duhai orang yang senang memelukdunia fana, Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia, Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu, kepada duniamu itu. Karena kelak engkau akan berpelukan, Dengan bidadari di surga. Apabila engkau harap menjadi penghuni surga abadi, maka hindarilah jalan menuju api neraka.
RENDAH HATI
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad, Sementara di sekitarnya terdapatgunung-gunung dan tebing-tebing.Padahal aku takberalas kaki, dan tak berkendaraan. Tanganku pun kosong dan, jalan ke sana amat mengerikan.

TENTANG CINTA
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Engkau durhaka kepada Allah, dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta, Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya. Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu, setiap saat dan tak ada rasa syukur, yang engkau panjatkan kepada-Nya.
KEPUASAN (QANA'AH)
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Aku melihat bahwa kepuasan itu pangkal kekayaan, lalu kupegang erat-erat ujungnya. Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta, dan memerintah bak seorang raja.

ANUGRAH ALLAH
▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄
Aku melihat-Mu pada saat penciptaanku, yang penuh dengan anugerah. Engkaulah sumber satu-satunya, pada saat penciptaanku. Hidarkan aku dari anugerah yang buruk. Karena sepotong kehidupan telah cukup bagiku, hingga saat Engkau mematikanku.

Friday, January 28, 2011

PENYAKIT GHURUR

Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur dalam bahasa kita nya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “, penyakit ghuru ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakkan orang yang menderitanya tidak merasakan bahwa mereka terserang penyakit ghurur, kita tidak memebicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat islam selama ini. Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan: 1 – Golongan ulama. 2 – Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah -red). 3 – Golongan orang yang mengaku sufi. 4 – Golongan orang yang memilikiharta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia. 1 – Golongan ulama. Penyakit ghurur inintidak terlepasdari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena virus ghurur yang membahayakan, sehigga tidak mencoba untuk secepatnya mengobati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga sipenyakit mati dari rasa harapan dan kesadaran diri kepda Allah. Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah muliya, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur. Seorang yang alim merasa memilikiilmu sehingga beliau merasa bahwa di mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepannkan dan di ketenganhkan, keinginannya agarseluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingindiangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur. Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bahagian orang yang memilki penyakit ghurur. Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakansegala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinyadari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur. seorang ulama yang mengamalkansegala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebihmengtahui keadaan hati para hambanya. Seorang ulama yang sibuk denganberjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur. Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwahyang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur. 2 – Golongan Abid. Pentas ibadah juga dapat membawa seseorang tertipu dayadengan diri sendiri sehingga bukanmenjadikan diri semngkin dekat dengan Allah bahkan membuat dirimenjadi jauh, diantara misal-misalnya : Seseorang yang sibuk dengan ibadah-ibadah sunnah dan fadhilahtetapi melupakan dan meninggalkan ibadah-ibadah wajib,sibuk melaksanakan shalat malam tetapi meninggalkan shalat subuh karena ketiduran dan kelelahan ketika waktu malamnya. Aoerang yang sibuk mengambil wudhu` dan berlebih-lebihan didalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang didalam hati mengkhabarkan bahwa wudhu`nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bahagian ghurur juga. Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur`an sehingga dia khatamkan hanya sehari satu malam saja, tetapi tanpa memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga menghasilkan pemahaman dan pengertian yang benar. Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalui menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya` danpenyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram. Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlaskan diri untuk melaksankan amal ibadah haji, tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang kaya. Seseorang yang mengamalkan Ibadah sunnah dan fadhilah merasakan ibadah tersebut nikmat dan lezat, mendapatkan ke khusukkan, tetapi jika melaksanakan ibadah yang wajib dan fardhu tidak merasakan kenikmatan dan kekhusukkan. Seseorang yang melaksanakan zuhud dan ibadah , bertaubat danberzikir, merasakan bahwa dia telah sampai kepda derajat kezuhudan, telah sampai kepda derajat makrifah kepada Allah, padahal hatinya masih tersimpan segudang kecintaan terhadap dunia, mengaharap pangkat dan kedudukkan, mengharap pujian dan penghormatan. 3 – Golongan orang yang mengaku sufi. Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dengan menari dan nyanyian-nyanyian pemenuh hawa nafsu, menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf. Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara`, memakai pakaian yang usang dan bau, mementingkan bersih hati, tetapi segala anggotatubuh kotor dengan maksiat dan dosa. Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Zunaid dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana` fillah dan baqa fi llah, tidak menjadikan al-Qur`an dan sunnah sebagai pegangan, menghina syariat dan memuja-muja hakikat. 4 – Golongan orang yang memilikiharta dan orang yang tertipu daya dengan dunia. Seseorang yang menganggap bahwa harta dan duitnya yang mampu menyelamatkannya dan memuliakannya di permukaan dunia ini, harta merupakan pujaandan ketinggian, memiliki harta berarti memiliki kebesaran dan kesenangan yang hakiki, sehinggalupa membayar zakat, menyantuniorang miskin, berbuat sesuka hatinya. Seseorang yang membangun masjid, menyantun anak yatim, membantu korban bencana alam, tetapi ingin di puji dan di besar-besarkan kebaikkannya, agar orang menyanjungnya dan menggelarnya seorang yang dermawan. Masih banyak lagi misal-misal penyakit ghurur , tetapi saya cukupkan sampai di sini saja.

MALAIKAT PATAH SAYAP KARNA TIDAK BERDIRI UNTUK ROSULLAH SAW.


Kisah Malaikat Yang Dipatahkan Sayapnya Karena Tidak Berdiri Menyambut Rasulullah SAW
Sesungguhnya Malaikat Jibril AS datang kepada Rasulullah SAW danberkata, “Ya Rasulullah SAW, akutelah melihat seorang malaikat di langit berada di atas singsananya.Disekitarnya terdapat 70.000 malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya Allah SWT menciptakan darinya seorang malaikat. Dan sekarang ini kulihat malaikat itu berada di atas Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis. Ketika dia melihatku, dia berkata, “Adakah engkau mau menolongku?” Aku berkata, “Apa salahmu?” Dia berkata, “Ketika aku berada di atas singsana pada malam Mi’raj, lewatlah padaku Muhammad Kekasih Allah. Lalu aku tidak berdiri menyambutnya dan Allah menghukumku dengan hukuman ini, serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat.” MalaikatJibril berikata, “Seraya aku merendah diri di hadapan Allah SWT, aku memberinya pertolongan.” Maka Allah SWT berfirman, “Hai Jibril, katakanlahagar dia membaca shalawat atas Kekasih-Ku Muhammad SW.” Malaikat Jibril berkata lagi, “Kemudian malaikat itu membacashalawat kepadamu dan Allah SWTmengampuninya serta menumbuhkan kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singsananya.” Fahamilah…Dengan ini kita dapat mengerti akan betapa keagunganshalawat, dan betapa pentingnya kita berdiri untuk menyambut danmenghormati saat Mahlul Qiyam atas kedatangan Rasulullah SAW dan para Ahlubait serta pewaris-pewarisnya.. Kitab Mukasyafatul Qulub Bab XIX,halaman 143,karangan HujjatulIslam Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Ath Thurthusy

Thursday, January 27, 2011

KYAI KHALIL BANGKALAN PENGHASIL MURID2 HANDAL

Guru Ulama dari Madura Contents from: Republika Tak pernah malu belajar, kendati gurunya sangat jauh lebih muda darinya. Dari Syekh Ahmad al-Fathani yang seusia anaknya, iabelajar ilmu nahwu dan mengembangkannya di Tanah Air. Nama lengkapnya adalah Kiai Haji Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiai Hamim bin Kiai Abdul Karim bin Kiai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiai Abdullah bin Sayid Sulaiman. Nama terakhir dalam silsilahnya, Sayid Sulaiman, adalah cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, satu dari sembilan Wali Songo. Kiai Muhammad Khalil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijrah atau 27 Januari 1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Dia berasal dari keluarga ulama. Pendidikan dasar agama diperolehnya langsung daripada keluarga. Menjelang usia dewasa, ia dikirim ke berbagai pondok pesantren untuk menimba ilmu agama. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiai Muhammad Khalil belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan, ia pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, dan Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini, iabelajar pula kepada Kiai Nur Hasanyang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Saat menjadi santri, Muhammad Khalil telah menghafal beberapa matan dan yang ia kuasai dengan baik adalah matan Alfiyah Ibnu Malik yang terdiri dari 1.000 bait mengenai ilmu nahwu. Selain itu, iaadalah seorang hafidz (hafal Alquran) dengan tujuh cara menbacanya (kiraah). Pada 1276 Hijrah 1859, Kiai Muhammad Khalil melanjutkan pelajarannya ke Makkah. Di sana, ia bersahabat dengan Syekh Nawawi Al-Bantani. Ulama-ulama Melayu di Makkah yang seangkatan dengannya adalah Syekh Nawawi al-Bantani (lahir 1230 Hijrah/1814 Masehi), Syekh Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani (lahir 1233 Hijrah/1817 Masehi), Syekh Abdul Qadir bin Mustafa al-Fathani (lahir 1234 Hijrah/1818 Masehi), dan Kiai Umarbin Muhammad Saleh Semarang. Ia adalah orang yang tak pernah lelah belajar. Kendati sang guru lebih muda, namun jika secara keilmuan dianggap mumpuni, makaia akan hormat dan tekun mempelajari ilmu yang diberikan sang guru. Di antara gurunya di Makkah adalah Syekh Ahmad al-Fathani. Usianya hampir seumuranaknya. Namun karena tawaduknya, Kiai Muhammad Khalilmenjadi santri ulama asal Patani ini. Kiai Muhammad Khalil Al-Maduri termasuk generasi pertama mengajar karya Syeikh Ahmad al-Fathani berjudul Tashilu Nailil Amani , yaitu kitab tentang nahwudalam bahasa Arab, di pondok pesantrennya di Bangkalan. KaryaSyekh Ahmad al-Fathani yang tersebut kemudian berpengaruh dalam pengajian ilmu nahwu di Madura dan Jawa sejak itu, bahkan hingga sekarang masih banyak pondok pesantren tradisional di Jawa dan Madura yang mengajarkan kitab itu. Kiai Muhammad Khalil juga belajar ilmu tarikat kepada beberapa orang ulama tarikat yang terkenal di Mekah pada zaman itu, di antaranya Syekh Ahmad Khatib Sambas. Tarikat Naqsyabandiyah diterimanya dari Sayid Muhammad Shalih az-Zawawi. Sewaktu berada di Makkah, ia mencari nafkah dengan menyalin risalah-risalah yang diperlukan para pelajar di sana. Itu pula yangmengilhaminya menyususn kaidah-kaidah penulisan huruf Pegion bersama dua ulama lain, yaitu Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Saleh as-Samarani. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisanMelayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu. Sepulang dari Makkah, ia tersohorsebagai ahli nahwu, fikih, dan tarikat di tanah Jawa. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kiai Muhammad Khalilselanjutnya mendirikan pondok pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah barat laut dari desa kelahirannya. Pondok-pesantren tersebut kemudian diserahkan pimpinannya kepada anak saudaranya, sekaligus adalah menantunya, yaitu Kiai Muntaha. Kiyai Muntaha ini berkahwin dengan anak Kiyai Muhammad Khalil bernamIa sendiri mengasuh pondok pesantren lain di Bangkalan. Kiai Muhammad Khalil juga pejuangdi zamannya. memang, saat pulangke Tanah Air ia sudah uzur. Yang dilakukannya adalah dengan pengkader para pemuda pejuang di pesantrennya untuk berjuang membela negara. Di antara para muridnya itu adalah KH Hasyim Asy'ari (pendiri Pondok-pesantrenTebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama), KH Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); KH Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar), KH Ma'shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang), dan KH As'ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo). Kiai Muhammad Khalil al-Maduri wafat dalam usia yang lanjut, 106tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 14 Mei 1923 Masehi

BUKAN KESESATAN BENAR MENUSUK KALBU

Bukan Kesesatan Benar Menusuk Kalbu,
comments Oleh : MH Ainun Najib (Cak Nun) Contents from : Padhangmbulan.com
Jangankan menjadi Nabi: jadi manusia saja, siapa yang benar-benar lulus? Alangkah mengagumkan sahabat-sahabat yang gagah menyertakan kata Ulama, Kiai, Ustadz, Syekh, Maulana, di depan namanya. Yang tanpa hati ragu memakai surban di kepalanya, mengenakan jubah semampir pundaknya, terlebih lagirangkaian butir tasbih di jari-jemarinya. Apakah beliau sangat meyakini diri, ataukah setiap kali perlu meyakin-yakinkandiri. Adapun ilmuwan, cendekiawan, seniman, budayawan, Begawan, Undagi, Ulil Abshar, Ulil Albab, Ulin Nuha, terlebih lagi wadag-wadag seperti Profesor, Doktor, Profesional, Pejabat, Presiden: di satu sisi itu adalah perjalanan kebenaran dan kemuliaan, di sisi lain itu adalah "mata'ul ghurur", perhiasan dunia, serta "la'ibun wa lahwun", permainan dan senda gurau. Pakai common sense saja: adakah kaki telah melangkah sebagaimanayang dimaksudkan dulu oleh Peciptanya. Adakah tangan telah mengerjakan mendekati gagasan Pembikinnya. Adakah mata telah melihat, telinga telah mendengar, akal telah mengolah ilmu dan wacana, mulut telah memakan segala sesuatu yang dulu merupakan visi missi Pihak yang merancangnya..

Monday, January 17, 2011

*SUNGGUH TINGGI DRAJAT INSAN YG BRBAKTI PD K2 ORANG TUAnya*

Taat kepada orang tua, sekalipun orang tua kita bodoh, beda agama sekalipun. selama memberitahukan yang baik, ya ikuti saja. Jangan mentang-mentang beda agama kita bertindak sembarangan. Walaupun beda agama orang tua yang melahirkankita tetap harus kita hormati. Lebih-lebih seagama. Termasuk mertua sekalipun. Lihat seperti kisah Uwaisy Al Qarny, kenapa beliau di angkat menjadi wali. Karena taatnya beliau pada orang tua samapai beliau itu hidup pada jaman Nabi tapi beliau tidak pernah bertemu dengan Nabi Saw, karena kesibukannya mengurus ibunya yang sakit, dan siangnya beliau menggembala kambing. Bahkan beliau pernah menggendong ibunya dari Yaman sampai baitillahAl Haram untuk melakukan ibadah haji. Ditempat yang lain Rasulullah Saw, mewasiatkan kepada Sahabat Abu  Bakar untuk menyampaikan salam dan memberikan gamis dan mengamanatkan Sahabat Abu Bakar untuk memintakan doa dari Uwais. Bayangkan Rasulullah Saw sangat tawadhu’nya meminta doa dari Uwais, seorang makhluk paling utama, dan para penghulu dari para Nabi. Meminta doa yang hakikatnya untuk umat, karena beliau sendiri sudah lebih-lebih. Ini pelajaran untuk kita agar rendah hati. Pada masa Sahabat Abu Bakar belum bisa ditemukan, dan amanatRasulullah Saw itu baru  bisa disampaikan pada masa Sahabat Umar menjadi Khalifah, beliau sendiri dan Sayidina Ali yang menyampaikan salam dan titipan Rasulullah Saw itu. Karena dalamnya ma’rifatnya Uwais Al Qarni beliau mengenal siapa saja yang datang menghapirinya; katanya: Asalam Alaik Umar bin Khatab amirul mukminin, asalam alaika  Amirul Mukminin Arabi’ Ali bin Abi Thalib. Itu Karena dalamnyama’rifatnya beliau padahal belumpernah saling bertemu. Karena taatnya pada orang tua Uwais kenal dengan Allah. Karena taatnya pada orang tua Uwais diangkat menjadi wali, bahkan sayid at tabiin. Karena taat dan hormatnya Uwais sampai mendapatkan gamisnya (pakaian) dari Rasulullah Saw Padahal tidak pernah bertemu Beliau SAW Yang kedua adalah taat Uwais kepada gurunya yang mengenalkan dirinya kepada Allah Ta'alaa.  Guru yang  menuntuk menjauhkan dari kesyirikan. Mana yang menjadi sifat Allah dan manayang bukan, dan guru yang mengenalkan pada mana yang halal dan mana yang haram. Dan beliau khidmah pada gurunya sehingga menjadi wali. Kita membaca dan mengaji tentang wali dalam kitab ini  bukan untuk menjadi wali tapi untuk meniru mereka, dalam tingkah laku. Mudah-mudahan kita mendapatkan keberkahan doa belia-beliau, dan juga keturunan-keturunan kita semua. Inysa Allah doa yang kita mohonkan dkabulkan Allah swt. Wallah A’lam.